Senin, 28 Desember 2009
Episode Hidup (Kelahiran , Belia , Muda, Pertemuan, Ayah dan Kematian)
#
Aku menangis dan menjerit melihat yang tak ku tahu apa, bagaiman dan dimana. Aku hanya merasakan tangan-tangan lembut membelai dan mata yang memancarkan kasih sayang kepadaku, lalu terdengar suara merdu ditelingaku seperti mengumandangkan kebesaran-Nya. Aku tertidur dalam dekapan hangat penuh harapan dalam doa-doa dan air mata cinta dari seorang wanita yang memberikan air kehidupan untukku, dari tubuhnya yang letih dan lemah setelah sekian lama aku bersarang, untuk kemudian dipanggil-Nya keluar agar aku menjalani kehidupanku sebagai mahluk-Nya. Kelak aku mengerti bahwa wanita itu adalah seorang yang akan ku namai sebagai Ibu…
#
Keceriaan bertabur dari senyuman dikala matahari terbit, keluguaan menjadi tawa dan lecutan kecil di saat senja. Dan mereka bahagia dengan semua pesona yang di anugrahi-Nya kepada rumah di atas tanah subur yang telah memberikan khayalan-khayalan besar dalam hari-hari terindah sepanjang waktu…
#
Aku mabuk kepada dunia
Aku berjudi dengan waktu
Aku berzina di langit-Nya
Iblis itu hanya tertawa dalam kemenangannya, aku kalah ya Tuhan, aku kalah sebagai manusia yang Engkau ciptakan, aku hina dalam kebun kebaikan yang ada di bumi-Mu…
Lalu aku terkapar di sudut ruang diantara tangisan ibu dan kerabat. Aku lemah, aku rapuh, sampai menolehpun aku tak kuasa. Mereka bilang, tak lama lagi aku akan pergi jauh hingga akalpun tak bisa menerka kemana. Seketika aku takut, aku mengiba, aku takut neraka, aku takut api yang berkobar-kobar, yang sengaja oleh-Mu untuk menyiksa dan membakar orang-orang sepertiku. Sambil menunggu kereta yang akan membawa pergi ku tulis beribu-ribu puisi penyesalan diatas air mataku yang tak pernah kering. Dalam ringkihnya tubuh aku berdoa di jeda waktu yang tersisa.
“Engkau adalah Raja dari segala Diraja, engkau adalah suara ketetapan-Mu sendiri…..”
Detik ke menit menjadi lebih baik raga dan jiwa. Dan mencoba mulai tersenyum melihat canda alam. Lalu disuatu masa aku hadir dalam kehidupanmu lagi…”
#
Adalah hari dimana kita berikrar dan semua berdoa
Aku berbisik manja dikupingmu yang berhiaskan permata
“Engkau adalah jiwa yang tertulis di kitab-Nya
Saat ruhku ditiup dan firman-Nya berbunyi kun fayakun”
Lalu malam itu nafsu-nafsu berubah menjadi pahala
Pagi pertama itu ku kecup bibir merah dan kening putihmu
Diantara kemilau mentari pagi menyapa
Engkau tersenyum manis seraya berkata dengan kasihmu
“Genggam jiwaku, bawalah diriku kemana engkau melangkah
Dan ku berharap jalan itu menuju Kemulyaan-Nya”
Malaikat-malaikatpun turun ke bumi merestui pagi-Nya, Amin…
#
“Wahai anak-anakku, tahukah kalian apa keindahan dan kenikmatan dunia di luar semua yang kalian lihat dan kalian rasakan dari semua anugrah yang ada pada tubuh, ilmu, harta dan lingkunganku? Itu adalah kebanggaan di hati dan jiwaku menjadi seorang ayah…
Ketika fajar menyingsing di ufuk sana, ku temui Dia di waktu pertama dan meminta kepada-Nya tentang keselamatanku, ibumu dan kalian dari semua mara-bahaya di kehidupan kita, dan aku meminta agar rumah ini tak dihinggapi oleh perangkap-perangkap dunia dari Iblis yang tercela dan nista…
Suatu saat aku akan lemah anak-anakku, maka jadilah Orang-orang yang kuat diantara mereka yang rapuh. Tapi jangan kalian sentuh titik kesombongan, Karena itu adalah Hak-Nya…
Berangkatlah kalian menuju pertemuan-pertemuan terbaik yang ada untuk menambah keingin-tahuanmu terhadap dunia. Duduklah kalian dibawah kubah kebesaran-Nya dan janganlah kalian abaikan ketika Dia memanggilmu di waktu-waktu-Nya…
#
Kehidupanku adalah buku yang berhiaskan cerita-cerita di tiap lembarnya. Ketika lembaran itu berakhir buku itu menjadi bukti di masa perhitungan-Nya…
Inna lillahi wainna ilaihi raji’un…
*Rumah tua leluhur tepi sungai Kampar*
16 juli 09
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar